Opsi Spesialis Jurusan Kedokteran Di Era Kecerdasan Buatan
smkn5gorontalo.net – Perubahan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) akan memengaruhi opsi spesialis kedokteran, terutama spesialis yang terkait dengan pengenalan skema (pattern recognition) seperti radiologi dan dermatovenereologi. Walaupun tidak bisa gantikan peranan dokter seutuhnya, kecerdasan buatan akan semakin banyak berperanan dalam faktor analisis pada sektor spesialis itu.
Kecerdasan buatan ialah salah satu perkembangan cepat di bagian teknologi yang sudah memasuki ke dunia kesehatan dalam dasawarsa paling akhir ini. Tidak bisa disangkal, kecerdasan buatan mempunyai potensi memutar dunia kesehatan dan mengganti praktek medis secara krusial.
Bukan hanya berbentuk mekanisme rekam medik electronic (elektronik health record sistem / EHRS), kecerdasan buatan juga bisa dibuktikan unggul dalam praktek medis, terutama dalam soal klinis diagnostik berkaitan pengenalan skema (pattern recognition) contohnya deskripsi radiologis atau deskripsi patologi, baik efloresensi kulit atau patologi anatomi.
Perubahan Kecerdasan Buatan: Radiologi, Dermatovenereologi, dan Patologi Anatomi
Dua riset yang sudah dilakukan di tahun 2017 memperlihatkan jika kecerdasan buatan sanggup memprediksikan autisme pada usia dua tahun dari MRI otak bayi berumur 6-12 bulan dan memiliki tingkat ketepatan sama dengan dermatologis untuk analisis kanker kulit.
Kecerdasan buatan bahkan juga lebih tepat saat mengenali kegarangan dari gambaran-gambaran patologi payudara dibanding seorang patologis. Study yang lain mengunggulkan kecerdasan buatan dibanding 11 patologis saat menganalisis ada metastasis getah bening pada potongan jaringan kanker payudara.
Studi-studi yang terdapat telah menunjukkan jika kecerdasan buatan sebagus, atau lebih bagus, dari dokter saat membuat analisis dari pengenalan skema. Hal ini memunculkan pertanyaan apa kecerdasan buatan akan bisa gantikan peranan dokter atau spesialis tertentu.
Baca Juga : Informasi Kuliah Jurusan Kedokteran Terbaik di 2024
Kecerdasan buatan versus Dokter
Beberapa ahli memiliki pendapat jika kecerdasan buatan akan gantikan dokter spesialis radiologi, bahkan juga ada yang mengatakan prediksi waktu dalam 3-5 tahun. Di sisi lain, ada ahli yang mengatakan jika dokter radiologi tetap diperlukan untuk faktor radiologi intervensional dan keterangan hasil analisis dan ke pasien.
Ada juga pandangan lain jika kecerdasan buatan tidak memiliki sifat gantikan tapi malah menolong kerja dokter. Selain memiliki kekuatan analisis yang sama dengan atau lebih bagus, kecerdasan buatan bisa menolong klinisi lakukan beberapa hal repetitif (contohnya membaca hasil rontgen pasien) hingga klinisi bisa lebih konsentrasi pada kasus dan analisis informasi medis pasien.
Peran kecerdasan buatan pada Spesialis Bedah dan Psikiatri
Ada sejumlah spesialis yang lain terkait dengan kecerdasan buatan, seperti spesialis yang terkait kuat dengan komunikasi dan empati dalam terkait dengan pasien, contohnya psikiatri. Selain itu, bisa berbentuk spesialis yang terkait dengan interferensi klinis, contohnya bedah.
Peran Kecerdasan Buatan Pada Spesialis Bedah
Walau banyak pembandinghan robotik saat ini, semua tetap memerlukan kontrol dari manusia (human input), dalam hal ini dokter spesialis bedah. Walaupun begitu, study di tahun 2016 memperlihatkan kekuatan smart surgical robot (salah satu bentuk kecerdasan buatan) untuk menjahit usus kecil babi secara otonom. Study itu memperlihatkan jika kecerdasan buatan lebih bagus saat menjahit usus kecil dibanding spesialis bedah.
Bahkan juga, sebuah ‘robot dokter gigi’ di Tiongkok telah sukses menjadi yang pertama saat lakukan implan 2 biji gigi ke seorang wanita secara berdikari.
Peran Kecerdasan Buatan Pada Spesialis Psikiatri
Pandangan jika tempat spesialis psikiatri condong tidak dapat dijangkau kecerdasan buatan juga ternyata salah. Sebuah meta analitis meliputi 365 study memberikan laporan jika kekuatan perkiraan bunuh diri pada pasien psikiatrik ternyata sedikit berkembang sepanjang 50 tahun.
Sementara, periset mengatakan kecerdasan buatan machine learning pada EHRS sanggup memprediksikan dengan keakuratan 80-90% apa seorang akan berusaha bunuh diri dalam dua tahun di depan, bahkan juga 92% untuk memprediksikan apa seorang akan berusaha bunuh diri pekan kedepan.
Study lain memperlihatkan jika virtual interviuer lebih perkasa dibanding manusia saat mengeruk tanda-tanda psikis pada tentara berkaitan post-traumatic stress disorder.
Peran kecerdasan buatan pada spesialis yang lain
Pada intinya, semua spesialis akan terserang imbas dari kecerdasan buatan. Di bagian neurologi, kecerdasan buatan sanggup menganalisa genom pasien dengan glioblastoma dan memberi perancangan therapy yang sama sesuai cuma di dalam 10 menit dibanding manusia untuk menganalisa dan membuat perancangan yang sepadan (160 jam).
Pada sektor kardiologi, program machine learning pada data medis 350.000 pasien bisa dipakai untuk memprediksikan dampak negatif kardiovaskular 7,6% lebih tepat dibanding algoritme yang telah ada.
Hal ini memperlihatkan beragam kekuatan program kecerdasan buatan untuk beragam spesialis kedokteran, baik ke kedokteran akurat, seperti ditemukan etiologi gen detil sampai bisa dilaksanakan sasaraned terapi, atau protektif yang lebih bagus karena faktor dampak negatif atau faktor prognostik bisa dideteksi lebih tepat.
Selain itu, AI bermanfaat pada clinical decision tools (CDS) yang bisa tingkatkan ketepatan analisis. Contohnya, pemeriksaan batuk dengan program yang bisa dipakai untuk menganalisis penyakit mekanisme pernafasan. Algoritme dari CDS bisa dipakai untuk stratifikasi dampak negatif pasien. https://smkn5gorontalo.net/
Kesimpulan
Dokter-dokter yang ingin menjadi dokter spesialis perlu mengetahui dampak kecerdasan buatan pada opsi spesialis yang akan mereka mengambil. Peranan spesialis yang terkait dengan pattern recognition akan menjadi benar-benar berlainan.
Pada spesialis radiologi dan dermatovenereologi, faktor analisis semakin lebih dikuasai oleh kecerdasan buatan di masa depan hingga dokter spesialis semakin lebih berperanan untuk komunikasi hasil analisis dan opsi tata seperti ke pasien dan lakukan interferensi. Selain itu, kecerdasan buatan tetap memiliki peran kesemua spesialis yang lain, bahkan juga pada spesialis lebih intervensional.
Artificial intelligence (AI) terus akan memberi imbas pada praktek kedokteran. Dibanding takut akan diganti oleh AI, dokter harus ambil sikap positif pada kecerdasan buatan. Hal ini bisa dilaksanakan pelajari dan menyongsong peran AI saat menolong dokter sediakan servis yang lebih bagus untuk pasiennya.